Jumat, 24 Maret 2017

Diksi, Tak Cukup Bicara.

Diksi, Tak Cukup Bicara.

Oleh : Hasan Savana

Beberapa bulan lalu aku sempat membaca curahan-curahan hati Seno Gumira dalam bukunya "Jika Jurnalisme dibungkam sastra harus bicara" Seno dalam tulisannya menyebutkan kekuatan suatu kata yang tertulis, dimana suatu tulisan itu mampu melintasi zaman, menyebrangi masa. Aku rasa pun demikian, sebuah kata yang tertulis memang mempunyai kekuatan yang sangat besar. Tulisan itu semacam kendaran yang membawa suatu gagasan dan pemikiran.

Ya, kita sekarang bisa mengetahui pemikiran para pendahulu kita melalui tulisan, kita bisa mengetahui sejarah bangsa kita karna tulisan, kita bisa tahu bahwa Al-Gozali adalah seorang sufi juga karna tulisan, kita bisa mengetahui bahwa  Plato adalah penganut paham idealis melalui tulisan juga bukan?

Suatu kabar gembira aku dapatkan pada minggu ini, dimana adik-adikku di kampus telah membuat suatu media alternatif yang mewadahi setiap pemikiran dan kreatifitas mereka. DIKSI, demikianlah nama medianya, dengan slogan "bercengkrama dengan kata" menunjukan bahwa Diksi ini merupakan suatu komunitas yang selalu bercengkrama dengan kata, bermain dengan kata, dan dekat dengan kata, lebih tepatnya komunitas ini berfokus pada dunia tulis menulis.

 Pramoedia Ananta Toer pernah berkata bahwa, Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.

Pada ranah ini, teman-temanku di Diksi merupakan orang-orang yang ingin terus hidup, tidak ingin mati hilang dalam masyarakat dan sejarah, begitu mudah dilupakan. Suatu cita-cita yang agung aku rasa.

Menulis memang perlu, sebagai upaya untuk melakukan suatu perubahan, sebagai upaya untuk menyebarkan idealisme, sebagai upaya untuk mencerdaskan manusia, sebagai upaya untuk menyampaikan kebenaran. Bila kita kaji sejarah para tokoh dunia yang telah memberikan perubahan, mereka pun melakukan hal yang sama dengan kita, mencoba menulis untuk berjuang.

Di Negri kita dahulu ada R.M. Tirto Adhi Suryo seorang pemuda yang begitu energik merintis koran Medan Priayayi sebagai upaya menyadarkan dan mencerdaskan bangsa demi terhapuskannya penjajahan yang dilakukan Belanda. Di India Mahatma Ghandi pun melakukan hal yang sama dengan membuat koran Journal untuk menyebarkan ajaran Ahimsa bagi masyarakat India sebagai upaya perlawanan terhadap penjajahan kolonial Inggris, atau pun dalam sebuah fiksi yang dituliskan oleh Maxim Gorki yang menceritakan seorang ibu tua yang menyusupkan buletin ke gerbong-gerbong pabrik untuk melakukan suatu revolusi besar di Rusia.
Tentu, begitu banyak contoh perjuangan yang diiringi dengan tulisan dalam membangun suatu perubahan. Dan terbukti berhasil, walau mereka mati sebelum menang.

Diksi memang masih dini, tapi aku yakin semangatnya untuk tubuh menjadi dewasa dan matang itu besar. Diksi bukan hanya sekedar permainan kata-kata tanpa makna, lebih dari itu mereka punya tujuan yang mulia.

Purwakarta, 23 maret 2017

Baca selengkapnya

Amirul: Optimis Campcer Bawa Perubahan

Laporan : Vina Rosalina

Diksi - Bidang Acara Camping Ceria (Campcer) optimis bahwa acara yang dirancang beserta panitia akan membawa dampak positif bagi STAIPI kedepannya.

Amirul Muttaqin, selaku ketua bidang acara Campcer menyuarakan mekanisme acara Campcer yang akan diadakan tanggal 1 dan 2 April mendatang. Pada sosialisasi akbar kepada mahasiswa kelas karyawan yang dilakukan di Masjid PP Persatuan Islam, Kampus STAIPI. Jum'at (24/03) siang tadi.

Akan ada 3 Agenda yang diangkat. "Nanti kami akan menyajikan sajian serius yang dibalut keceriaan" ujarnya.

"Pertama, diskusi internal mahasiswa, ngomongin resolusi konflik, problem solving, sama cari solusinya bareng bareng. Kedua, ngomongin aspirasi ke pihak dosen buat konteksnya majuin kampus, solusinya kita cari bareng-bareng juga. Ketiga, bikin satu karya filosofis yang menggambarkan bahwa mahasiswa itu paham dan mengerti ikut acara itu." Katanya.

Pria yang juga menjabat sebagai ketua PK Hima STAIPI ini menjelaskan bahwasnya acara dibuka terlebih dahulu dengan diskusi-diskusi hangat, baik itu diskusi dengan pihak akademik ataupun sesama aktivis akademik. Lalu disambung dengan kegiatan yang ceria yang akan dihandle oleh pihak PGRA. (qaan)
Baca selengkapnya

Kamis, 23 Maret 2017


Photo : Hafizh / STAIPI

Sekumpulan mahasiswa sedang bermain bola di halaman kampus STAIPI, tadi pagi. Sepertinya STAIPI harus secepatnya membangun sarana olahraga. (qaan)
Baca selengkapnya

Mahapala Menerapkan Pola Hidup Bersih

Laporan : Agus Mulyadi


Diksi - Mahasiswa Pecinta Alam (mahapala) ingin menerapkan pola hidup bersih dengan gerakan pungut sampah (GPS) di kawasan kampus STAIPI Bandung. "Ini bukti konkret kita sebagai pecinta terhadap alam, yaa salah satunya dengan cara menjaga lingkungan agar tetap bersih." Ungkap yusup Fahrudin, ketua Mahapala saat ditemui Diksi (23/3) sore tadi.

Yusup mengharapkan semua civitas akademika yang ada di kampus STAIPI dapat terlibat dalam gerakan pungut sampah ini, karena kebersihan kampus bukan saja tugas perorangan, tapi tugas seluruh mahasiswa.

Agenda pungut sampah ini akan diadakan rutin setiap hari rabu seusai perkuliahan. "Untuk jangkauannya kita dahulukan di kawasan kampus, namun untuk kedepannya kita akan keluar lingkungan kampus." Ungkapnya.

Ditempat yang sama, ketua pelaksana GPS, Sopyan Nurul Hidayat mengatakan gerakan pungut sampah ini bukan artinya kampus kotor, tapi anak-anak mahapala ingin menjaga lingkungan bersama-sama dan menerapkan pola hidup bersih.

"Kampus kusayang sampah kubuang. Hal ini kami lakukan untuk masyarakat STAIPI, karena jika lingkungan bersih, maka semuanya akan indah." Ungkapnya.

Sopyan berharap semua mahasiswa dan dosen dapat menjaga kebersihan lingkungan. Selain gerakan pungut sampah, kedepannya Mahapala berencana mengadakan gerakan penanaman pohon. "Mari kita sama-sama menjaga lingkungan bersih di kampus ini." Ajaknya. (san, vin)

Baca selengkapnya

Rabu, 22 Maret 2017

Danny Boy

Oleh : I. Furqaan Nurzeha

Kata-kata menghukum perasaan, membungkam apa yang tak mungkin diungkapkan. Film pendek "Danny boy" hendak membuktikan itu. Film yang disutradari oleh Marek Scrobecki ini, adalah tanyangan terbaik tentang dunia yang bisu --sebuah satire untuk masyarakat demokrasi.
Kebisuan menawarkan dirinya sendiri di tengah dunia yang dianggap kelebihan pendapat: memaparkan gagasan tanpa suara, untuk menimbulkan pembacaan yang cermat dan hati-hati. Fenomenon yang nampak di depan mata sebagaimana adanya lebih penting ketimbang menyusunnya dalam struktur subjek dan predikat.
Sebagaimana layaknya Baraka, "Danny Boy" memulangkan manusia pada fenomena itu sendiri. Animasi yang canggih dan pemilihan suasana yang cermat ditandai oleh keakraban manusia pada benturan-benturan. Berbeda sedikit dengan Baraka atau Samsara yang memotret fenomena riil, kemudian membelah dunia untuk dibandingkan satu sama lain.
Seakan-akan masih berlaku kata-kata Pramoedya:"Dunia ini biasa saja, yang hebat tafsiran-tafsirannya".

https://youtu.be/l89fv5aoUjo
Baca selengkapnya

Presma : Bingung terhadap mahasiswa STAIPI

Laporan : I. Furqaan Nurzeha


Diksi - ketua Badan Eksekutif Mahasiswa STAIPI Bandung, Muhammad Zaim Ukhrawi mengatakan, tradisi mahasiswa seperti kajian sudah sering kami adakan tapi kebanyakan mahasiswa malah kadung dengan situasi yang bersifat formal.

"oleh karna itu kami membuat acara yang di balut dengan nuansa ceria, Camping Ceria, kami sudah buat perencanaan dari mulai susunan acara sampai kamipun minimalisir biaya. Dan respons dari mahasiswa sampai saat ini sedikit sekali hanya ada beberapa saja." Ujarnya (22/3)


orang yang akrab di panggil Owie, mengungkapkan ketika sedang bersosialisasi "saya bingung terhadap apa yang diinginkan oleh mahasiswa STAIPI, diajak kajian hanya beberapa mahasiswa yang merespon, diajak hiburan pun sama. lalu apa yang dinginkan?"
"selama ini apa yang didapatkan ketika ta'aruf yang dimana disanalah terjadi penanaman ideologi. apakah mesti  di lakukan ta'aruf ulang ?" ucap Owie
dengan di adakannya camping ceria ini justru bertujuan ingin mensinergikan antara satu dengan yang lainnya. Tandasnya. (qaan)
Baca selengkapnya

Respons sebagian Mahasiswa terhadap Camping Ceria

laporan : Vina Rosalina Effendi
Diksi -  Presiden mahasiswa beserta Panitia Camping Ceria melakukan kembali sosialisasi kepada mahasiswa setelah kegiatan ujian tengah semester usai, di kampus STAIPI. Tadi siang (22/3)

Dalam sosialisasi nya Presiden mahasiswa Muhammad Zaim Ukhrawi mengungkapkan sebenarnya apa yang diinginkan dari mahasiswa STAIPI? ketika diajak kajian hanya sedikit yang menghadiri dan sekarang kami mengadakan acara yang dibalut dengan nuansa ceria pun hanya sedikit pula yang merespons.

"Sebenarnya dilubuk hati terdalam saya, saya begitu ingin mengikuti kegiatan ini. Tapi, melihat waktu pelaksanaan nya di awal bulan ini yang membuat saya harus berpikir lagi " ujar Ahmad Zaki, Mahasiswa KPI semester 2 ketika ditemui wartawan Diksi.

"Mungkin bagi sebagian mahasiswa lainnya, harga pendaftaran sebesar Rp. 65000 itu merupakan harga yang murah, tapi bagi saya seorang tulang punggung keluarga, ini begitu sulit. Tapi saya akan usahakan lebih giat lagi supaya mengikuti kegiatan ini," lanjutnya.

Diketahui respons dari mahasiswa, yang menjadi kendala terhadap kegiatan camping ceria ini masalah financial yang berbenturan dengan kebutuhan lain.

Berbeda dengan Arman Maulana Nurhakim, Mahasiswa IQT Semester 2 "Saya sangat mendukung adanya acara Camping Ceria. Sebagai mahasiswa harusnya kita sangat merespon. Karena menurut saya, jarang sekali adanya kegiatan seperti ini. Dan memang sangat diperlukan untuk penyatuan frame. Agar bisa lebih memajukan STAIPI juga." (qaan) 



Baca selengkapnya

Minggu, 19 Maret 2017

Benarkah setan sudah mengundurkan diri?

Semua sisi kehidupan kita sudah paslu. Setan bilang kepada saya: "Tidak ada tantangan lagi. Manusia bukan tandingan setan sama sekali. Manusia sangat mudah kami kendalikan. Tidak memiliki kepegasan dan ketahanan untuk mempertahankan kemanusiannya. Sungguh tidak menarik lagi bertugas sebagai setan".


Kalimat di atas ditulis oleh Caknun seorang kiyai cerdas dan inspiratif di negeri ini. Cukup berani dan penuh dengan nilai filosofis.


Saya cukup bingung dengan kalimat itu. Namun, menurut saya cukup menarik untuk diperbincangan. Barangkali pemikiran dan tafsiran saya belum bisa melampaui Caknun. Bahkan sangat jauh sekali. Tapi ya saya suka dengan kalimatnya itu. Walaupun tafsiran saya belum tentu benar dan sekeren saya saat berselfi ria di alun-alun Purwakarta.


Begitulah. Memang nggak salah juga apa yang telah disampaikan Caknun dalam pesan tersebut. Diketahui bersama bahwa Setan makhluk Tuhan yang sangat konsisten. Tugas dia di dunia ini hanya untuk menyesatkan manusia. Dari zaman Nabi Adam sampai zaman Jokowi tetap begitu. Tapi, apakah benar sekarang Setan mulai bosan mengganggu kita?


Ya bisa benar dan bisa tidak. Itu tergantung persepsi Kamu. Kalau menurut saya sih ada benarnya juga. Karena saat ini banyak manusia yang lupa bahwa dirinya manusia. Padahal manusia adalah makhluk Tuhan yang paling dimulyakan dibandingkan malaikat sekalipun.


Saking mudahnya manusia dikendalikan, tak menutupkemungkinan Setan bakal mengundurkan diri. Betapa tidak? Karena dia akan merasa tuntas menjalani tugas untuk mengganggu manusia. Lantas, ketika terlahir manusia baru atau bayi baru, ya Setan akan jawab sederhana,"Ketika lahir bayi baru, otomatis akan terbawa gila oleh manusia lama yang masih hidup". Dan begitu seterusnya. Bahasa kerennya mah bakal ada regenarasinya.


Ini hanya pendapat. Nggak usah dianggap benar. Karena saya tidak merasa benar. Saya hanya ingin sedikit menanggapi pernyataan Caknun di atas saja.


Bagaimana pun ceritanya, kalimat di atas tidak ada salahnya kalau kita resapi dan renungi. Memang nggak salah kalau manusia sekarang dianggap mulai linglung. Bisa jadi stres dengan kondisi dunia yang semakin tak menentu. Entahlah. Atur-atur aja.

oleh : I. Furqaan Nurzeha



Baca selengkapnya

Ternyata benar, kang dedi mulyadi bukan islam

Sebagian kelompok yang menyatakan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi bukan islam itu ternyata benar. Iya benar. Karena islam itu bukan Dedi Mulyadi. Islam adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah SWT bukan Dedi Mulyadi.


Ya banyak orang tau, Islam memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan.


Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti seorang yang tunduk kepada Tuhan.


Jadi saya ucapkan sekali lagi Dedi Mulyadi bukan islam. Orang nomor satu di Purwakarta itu pun bukan Hindu atau orang yang berkeyakinan sunda wiwitan yang dituduhkan oleh sebagian kelompok kepadanya.


Hindu, sunda wiwitan, atau keyakinan apapun menurut saya punya tujuan baik. Punya aturan baik yang pastinya tidak menyesatkan. Tapi Dedi Mulyadi bukan semua itu. Dia adalah pengikut Nabi Muhammad SAW yang hanya ingin menyempurnakan kemuslimannya.


Dedi Mulyadi hanya pemimpin yang terus berusaha menjalani perintah nabi Muhammad.


Sebagai umat Nabi Muhammad SAW, ia hanya ingin berusaha mengikuti jejasknya. Kalau diperhatikan nyaris kebijakannya sesuai dengan syariat islam.


Dedi Mulyadi telah menginstrusikan kepada pelajar kelas 3 SMP sampai kelas 3 SMA untuk puasa Senin-Kamis. Selain kepada pelajar ia pun menganjurkan kepada seluruh aparatur Negara dari Sekda sampai RT untuk puasa dua kali dalam seminggu bagi yang mampu.


Selain itu, ia pun mewajibkan‎ kepada seluruh pelajar se-Purwakarta untuk shalat Dhuha pada pagi hari. Baru-baru ini Dedi Mulyadi pun mewajibkan di setiap kantor instansi untu melantunkan ayat suci Al-Quran setiap paginya.


Benarkan Dedi Mulyadi bukan islam? Iya benar ia hanya terus berusaha menjadi seorang muslim yang taat. Dia hanya berusaha terus agar masyarakatnya sejahtera. Makanya, ia bikin kebijakan beas perelek di seluruh Purwakarta. Itu semua agar masyarakat Purwakarta nggak kelaparan.


Soal kesehatan. Dia pun menggratiskan seluruh masyarakat yang ingin berobat. Tanpa melihat status. Soal pendidikan, gila, semuanya gratis dari tingkat SD sampai SMA/SLTA. Memang gituh dia mah.


Soal keindahan atau tata kota. Jangan ditanya lagi. Purwakarta saat ini sudah jadi tujuan wisata yang potensial. Bukan lagi kota pensiun. Purwakarta indah. Apakah Tuhan adalah keindahan dan suka keindahan? Iya seperti itu. Dedi Mulyadi hanya bisa seperti itu.


Nenek-nenek aja iya urus dengan program ibu asuhnya. Bahkan menganjurkan kepada seluruh pegawai Pemda Purwakarta. Belum lagi program konstruktif lainaya. Jadi gituh. Dedi Mulyadi bukan Islam, ia hanya berusaha ingin menjadi muslim yang keren.

oleh : I. Furqaan Nurzeha




Baca selengkapnya

Liga Futsal Mahasiswa STAIPI Bandung


Diksi -  
Ketua STAPI Bandung saat melakukan pertandingan pembukaan Liga Futsal Mahasiswa di lapangan futsal jalan Cijawura (mul)

Baca selengkapnya

Ketua STAIPI terpikir menambah sarana olahraga


Diksi -
ketua STAIPI Bandung, Nurmawan, mengatakan terpikir menambah sarana olahraga yang akan membuat mahasiswa betah berada di kampus. Sarana olahraga tersebut akan dibuat disekitar lahan yang kosong. "Kami sedang mencari sponsor yang siap mendukung" kata Nurmawan kepada Diksi setelah melakukan pembukaan pertandingan Liga Futsal Mahasiswa, (19/3)
Setelah melakukan pertandingan pembukaan, pihaknya merasa senang dengan adanya kegiatan Liga Futsal Mahasiswa. "Ini merupakan kegiatan mahasiswa dan jika ini berhasil, maka ini menunjukkan bahwa mahasiswa bisa membuat kegiatan. Tidak mesti Harus di bimbing, tidak mesti di instruksikan oleh dosen. Justru kegiatan apapun muncul inisiasinya untuk mahasiswa, di implementasikannya oleh mahasiswa. Kemudian pihak akademik memberikan dukungan selama program-program itu mendukung untuk kemajuan dan peningkatan intelektualitas, juga fisik yang kuat." Katanya.
Kegiatan yang dipelopori oleh BEM dalam departemen olahraga ini dihadiri hampir oleh semua semester yang berada di STAIPI Bandung.
"Harapan saya ini harus terus berlangsung, bahkan dengan banyaknya mahasiswa yang terlibat, artinya ini menunjukkan bahwa ada harapan-harapan dan keinginan mahasiswa." Harapnya.
Selain dari rutinitas akademik, kegiatan berdiskusi, juga adanya kegiatan yang sifatnya oleh fisik seperti futsal ini diharapkan mahasiswa Dapat mempertajam pola pikir. "Kalo badan kita sehat, insyaAllah berfikir juga lancar." Katanya.
"Kegiatan ini bagus sekali,dalam artian bahwa kegiatan-kegiatan BEM itu harus memadukan dan mengkolaborasikan kegiatan yang bersifat intelektualitas. Selain itu, ini bagian dari bagaimana kita mengembangkan karakter kepemimpinan dengan sepak bola." Ungkapnya. (Mul)
Baca selengkapnya