Minggu, 21 Mei 2017

Jelang ramadhan, STAIPI Bandung Gelar seminar Dakwah

laporan : I. Furqaan Nurzeha

Diksi -   Prodi komunikasi penyiaran islam STAIPI Bandung menggelar acara seminar dakwah kontemporer yang bertajuk "prospek dan tantangan dakwah melalui media film dan televisi di tanah legenda". Di gedung qornul manazil, jalan Ciganitri, Bandung, senin (22/5).

Sejumlah pengurus pada masing-masing otonom Persatuan Islam turut hadir dalam seminar yang di inisiasi prodi komunikasi penyiaran islam STAIPI Bandung, yakni Pimpinan pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan daerah, Pimpinan Cabang, Pemuda pemudi, Hima dan juga Himi persis. 

Seminar ini di ikuti oleh ratusan mahasiswa STAIPI Bandung dan beberapa ketua prodi. Menurut ketua HMJ KPI, Fahri Fauzan Azhari, seminar yang mengundang beberapa otonom ini, ingin berdiskusi sekaligus mengedukasi mahasiswa, dimana menjelang ramadhan akan banyaknya dakwah yang dikemas melalui media film dan televisi.

"Terlebih sebentar lagi akan memasuki bulan Ramadhan, kita ingin memberitahu kan bahwa dakwah itu bukan hanya dia atas mimbar, melainkan kita juga mempunyai alternatif lain seperti media film juga pertelevisian." ujar Fahri

"Dan tentunya kegiatan dakwah akan semakin ramai. Departemen litbang HMJ KPI dalam waktu dekat akan melakukan rekrutmen anggota dan pelatihan untuk menghidupkan kembali channel STAIPI TV. " pungkasnya. 
(qaan)
Baca selengkapnya

Senin, 08 Mei 2017

HIMA PERSIS: Pembubaran HTI sebagai Pengalihan Kasus Ahok


Diksi - Masyarakat Indonesia hingga saat ini masih terus memantau sidang kasus Ahok yang akan segera diputuskan. Namun akhir-akhir ini, perhatian masyarakat seolah bergeser pada ungkapan Menkopolhukan Wiranto yang menyatakan bahwa keberadaan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) telah membahayakan persatuan dan kesatuan NKRI sehingga menurutnya harus dibubarkan.

Dalam hal ini, HIMA Persis memandang bahwa:

1. Pernyataan ini ada kaitan yang sangat erat dengan sidang kasus Ahok. Untuk itu masyarakat Indonesia khususnya kaum muslimin dihimbau untuk terus memantau putusan sidang kasus Ahok dan tidak terlalu serius menanggapi pernyataan Wiranto tersebut. Untuk itu, dalam hal ini Pemerintah haruslah tegas dalam menegakkan keadilan hukum terhadap penista agama sebagaimana yurispridensi hukum yang telah dilakukan terhadap para penista agama sebelumnya di Indonesia.

2. Sikap pemerintah yang secara resmi membubarkan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) adalah sikap yang disesalkan, seolah hidup di zaman orde baru yang dikooptasi oleh kepentingan Pemerintah belaka. Padahal Pemerintah seharusnya tidak terlalu gegabah dengan lebih dulu menempuh langkah persuasif baru kemudian menempuh langkah hukum untuk membubarkannya. Sehingga pernyataan ini sangat tidak berlandaskan hukum dan juga terkesan tidak edukatif dan tidak demokratis dalam memberikan ruang kebebasan terhadap masyarakat.

3. Kalaupun HTI dianggap sebagai anti-Pancasila, anti NKRI, dan bertentangan dengan UUD 45, mengapa pemerintah baru membubarkan HTI sekarang? Padahal dakwah dan ideologi mereka sudah sejak lama hidup di negeri ini? Untuk itu, HIMA Persis memandang bahwa pembubaran ini sangat bernilai politis, khususnya terhadap kasus Ahok yang sedang menjadi perhatian masyarakat.

4. HTI adalah ormas yang berbadan hukum bukan illegal. Sehingga pembubaran HTI ini belum final. Berdasarkan Pasal 59 dan 69 UU No 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan, Ormas dilarang melakukan berbagai kegiatan yang antara lain menyebarkan rasa permusuhan yang bersifat SARA, melakukan kegiatan separatis, mengumpulkan dana untuk parpol dan menyebarkan faham yang bertentangan dengan Pancasila. Atas dasar alasan inilah maka HTI yang berbadan hukum dapat dicabut status badan hukum dan status terdaftarnya, atau sama artinya dengan dibubarkannya ormas tersebut.

5. Sikap pemerintah Jokowi-JK yang begitu terang benderang melakukan kekuasaan terlebih dahulu, baru hukum kemudian. Hal ini bisa menjadi preseden buruk bagi negara ke depan. Indonesia adalah rechtsstaat (negara hukum), bukan machstaat (negara kekuasaan). Karenanya, Hukum harus dijadikan Panglima tertinggi.

6. Mendesak pemerintah untuk membuka ruang dialog terbuka kepada elemen bangsa yang dipandang tidak sejalan dengan falsafah negara indonesia. (qaan/persis.or.id)

Ketua Umum PP HIMA Persis,
Nizar Ahmad Saputra

Sekretaris Jenderal,
M. Ryan Alviana

Baca selengkapnya

Jumat, 05 Mei 2017

GNPF MUI Menginginkan Hakim Independen

Laporan : Agus Mulyadi

Diksi - Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) mendelegasikan 12 orang yang terdiri dari ulama dan advokasinya untuk menyampaikan aspirasi kepada Mahkamah Agung (MA) karena ketidak setujuan terhadap hakim atas hukum yang dianggap tidak adil.

Advokasi GNPF MUI menyampaikan, Majelis Hakim dalam perkara Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) harus independen, tidak boleh diintervensi oleh pihak manapun dan harus memutuskan perkara dengan adil sesuai fakta-fakta yang ada.

"Kami mendukung independensi hakim untuk menghukum yang seadil-adilnya terhadap penista agama." Ungkap Bachtiar Natsir saat berorasi di depan Gedung MA (5/5) Jakarta, dalam aksi yang ke 33 kalinya itu.

Dia melihat adanya kejanggalan yang terjadi di pengadilan yang seolah-olah bermain dengan hukum. 

Setelah mendelegasikan 12 orang, Mahkamah Agung akan independen dalam masalah ini dan GNPF MUI akan mengawasi hakim nantinya.

Untuk mengawasi indepensi Hakim, GNPF MUI berencana akan aksi kembali pada tanggal 9 mei 2017 nanti ketika sidang di Ragunan, Jakarta Selatan, Bachtiar Natsir mengajak umat Islam untuk datang kembali ke Jakarta.

Bachtiar Nastir juga menuturkan, selain mendukung independensi hakim, bagi penista agama harus ada hukum yang seberat-beratnya.
 (vin)
Baca selengkapnya

Selasa, 25 April 2017

PK HIMA Persis STAIPI Akan Mengoptimalkan Budaya Literasi.

Laporan : Agus Mulyadi

Diksi - Pimpinan Komisariat Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (PK HIMA Persis) STAIPI Bandung akan mengoptimalkan budaya literasi untuk meningkatkan intelektualitas bagi mahasiswa STAIPI, khususnya bagi kader HIMA Persis STAIPI dengan kajian-kajian rutin.

"Kami akan membudayakan literasi, kajian-kajian, diskusi, dan menulis. Itu akan kami optimalkan dulu." Ungkap Muhammad Andi Purbaya saat ditemui Diksi seusai resmi dilantik menjadi ketua PK HIMA Persis STAIPI Bandung (25/4) di Masjid Al-Madani STAIPI Bandung.

Menurutnya, dengan membaca akan meningkatkan intelektualitas bagi kader HIMA Persis STAIPI. Kemudian akan mengoptimalkan kepada pergerakan kemasyarakatan seperti gerakan membaca, salah satunya warung pintar (WANTER)

Andi menambahkan akan berupaya bagaimana WANTER itu terlihat menarik dan dapat memikat minat calon pembaca. Kemudian akan melakukan pengkaderan yang lebih gencar dengan kerjasama kepada RG-UG Mu'alimin terdekat dengan memberikan pengarahan seperti mengadakan kajian-kajian dari kader Pk HIMA Persis STAIPI. Karena jika melihat semua kader, banyak yang berintelektual dan mempunyai nilai lebih dari mahasiswa lainnya.

Selain itu, PK HIMA Persis STAIPI akan berupaya mengsinergitaskan antara HIMA Persis STAIPI dengan berbagai HMJ, BEM, ormawa dan UKM yang ada di STAIPI Bandung. "Pendahulu-pendahulu kami itu mengajarkan bagaimana ada kepentingan umum. Tentu saja kepentingan umum itu bukan hanya kepentingan HIMA saja, tapi bagaimana mahasiswa lain juga terlibat, bagaimana bisa bersinergitas. Ketika PK HIMA sedang mengadakan kajian, mahasiswa lain dapat mengikutinya." Katanya.

Andi mengatakan untuk kedepannya akan membuat program yang baru, untuk menunjang kegiatan-kegiatan yang terdahulu. "Bagaimana setiap hidup kita memberikan nilai kepada orang lain, dan memberikan dampak terbaik bagi masyarakat dan tentunya tidak melupakan diri sendiri. Dan prioritasnya untuk kepentingan umum." Pungkasnya.
( fika )
Baca selengkapnya

Senin, 24 April 2017

Ibnu: Mengupayakan Lebih Produktif dalam Berkarya.

Laporan : Agus Mulyadi

Diksi - Ketua terpilih Pimpinan Pusat Forum Komunikasi Nasional  Komunikasi Penyiaran Islam (PP FORKOMNAS KPI) periode 2017-2019, Ibnu Yahya, akan mengupayakan FORKOMNAS lebih produktif dalam berkarya. "Permasalahan karya-karya yang original di FORKOMNAS itukan belum ada." Ungkapnya saat ditemui Diksi seusai Kongres ke-5 FORKOMNAS KPI di Ciputat, (22/4)

Pria asal Wonosobo kelahiran 6 September 1994 itu mengatakan untuk permasalahan legalitas, secepatnya pihaknya akan meneruskan upaya teman-teman pengurus yang demisioner.

"Untuk ke depannya FORKOMNAS harus lebih baik, lebih besar, dan lebih banyak karyanya. Semangat untuk berproses dan terus berkarya. Karena hidup di dunia cuman sekali dan mati tanpa karya itu sia-sia." Ungkapnya.

Di tempat yang sama, demisioner PP FORKOMNAS KPI, Ferry Laeli Qadri senang atas terpilihnya Ibnu sebagai Ketua PP FORKOMNAS KPI periode 2017-2019. Menurutnya itu pilihan tepat, karena dia pernah menjadi koordinator wilayah (korwil) 3 yang menempati wilayah Jawa Tengah dan Jogjakarta.

"Semoga kang Ibnu bisa menjalankan amanah dengan baik dan bisa membawa FORKOMNAS KPI ke depannya lebih baik lagi." Harapnya.

Ferry beserta demisioner lainnya mengatakan akan tetap mengawal FORKOMNAS KPI dan tidak akan melepaskan begitu saja. Mereka akan berusaha untuk membimbing dan siap menjadi konsultan.
 ( vin )
Baca selengkapnya

Jumat, 14 April 2017

Pelangi ditengah terminal leuwipanjang

oleh : Muhammad Farhan Tamimi

Beberapa minggu ke belakang sempat ramai di daerah Bandung terkait komunitas yang bergerak di bidang pengabdian pada masyarakat berupa penyediaan fasilitas membaca gratis di berbagai tempat, diantaranya di halte, angkutan kota sampai di warung-warung tongkrongan. Komunitas tersebut diantaranya Rindu Menanti, AnTar dan Wanter, mungkin sampai saat ini komunitas tersebut masih terngiang di telinga masyarakat Bandung dan sekitarnya.
Namun, bukan Rindu Menanti ataupun Wanter yang akan dibahas pada tulisan kali ini. Akan tetapi yang akan dibahas pada tulisan ini adalah sebuah komunitas yang bergerak pada bidang pendidikan dalam rangka pengabdian pada Negri juga pada Tuhan yang Maha Esa. Dimana komunitas ini mencoba untuk memanusiakan manusia. Komunitas tersebut diberi nama Rumah Pelangi.
Rumah Pelangi adalah komunitas yang mencoba memanusiakan manusia, diantaranya memanusiakan anak jalanan atau biasa disebut anak-anak yang termajinalkan dengan cara memberikan pendidikan yang kemudian lebih dikhususkan pada kegiatan baca tulis Iqra. Rumah Pelangi didirikan oleh seorang gadis cantik yang memiliki mimpi memuliakan anak-anak jalanan yang konon katanya banyak orang yang memandang sebelah mata terhadap anak-anak jalanan. Gadis cantik tersebut bernama Ghinanti Rindadewi.
Ghinanti saat ini duduk dibangku perkuliahan semester 4 Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) STAI Persis Bandung. Ghinanti menceritakan bahwa mimpinya membuat Rumah Pelangi itu sejak dari tahun 2011, yang pada saat itu dia duduk dibangku kelas 1 Mualimien Pajagalan Bandung. Namun, baru pada tahun 2012 tepatnya tanggal 18 Juni, mimpi Rumah Pelangi baru terealisasikan.
Latar belakang Ghinanti mendirikan Rumah Pelangi itu atas dasar rasa kemanusiaan yang tidak rela melihat generasi bangsa, aset negara bahkan aset agama terlantar begitu saja tanpa ada pendidikan khusus untuk mereka. Bukan main, perjuangan Ghinanti sangatlah berat saat ingin mendirikan Rumah Pelangi tersebut, berbagai penolakan didapatnya, mulai dari orangtuanya sampai-sampai teman-temannya di sekolah pun menolak, bahkan sempat teman-temannya itu menertawakan mimpi dari seorang gadis cantik itu.
Namun, berkat rahmat Allah yang Maha Esa, Ghinanti mampu mengejawantahkan mimpinya itu menjadi kenyataan dengan mendapat beberapa anak jalanan yang ingin belajar. Perjuangan Ghinanti pun tidak sampai disana, ketika dia sukses mendapatkan beberapa murid, dia mulai kebingungan mencari tempat untuk belajar. Berbagai tempat yang dikira cocok untuk kegiatan belajar, langsung Ghinanti eksekusi menjadi tempat belajar untuk anak-anak jalanan itu.
Ketidak pastian tempat memaksa Ghinanti untuk berpikir keras, yang pada akhirnya dia memutuskan untuk memusatkan kegiatan belajar untuk anak jalanan di terminal Leuwipanjang, didepan gedung dinas perhubungan (dishub), dibawah pohon besar. Proses mendapatkan tempat itupun tidak mudah, dimana Ghinanti harus melalui proses negosiasi dengan preman di terminal. Bukan main, negosiasi dengan pedagang sangatlah biasa bagi Ghinanti, apalagi seorang wanita, sangat lihai bernegosisasi dengan pedagang. Namun, pada kesempatan kali ini, Ghinanti harus menghadapi preman-preman terminal untuk mendapatkan izin tempat.
Niat baik Ghinanti pun disambut baik oleh para preman terminal, namun dengan berbagai syarat dan ketentuan berlaku. Syarat dan ketentuan yang ditawarkan oleh para preman adalah berupa biaya administrasi sebesar Rp. 50.000/anak dalam waktu 1 jam. Tentu syarat itu sangat membuat Ghinanti merasa tertekan, bagaimana tidak, biaya Rp. 50.000/anak bukan lah jumlah yang sedikit, apalagi keadaan Ghinanti yang pada saat itu baru duduk dikelas 2 Mualimien yang notabene biaya sekolahpun masih ditanggung orang tua. Dengan syarat yang begitu berat memaksa Ghinanti harus melakukan negosiasi kembali sampai pada akhirnya preman-preman tersebut memberikan izin keamanan tanpa ada biaya sepeser pun.
  Untuk menjalin hubungan baik dengan preman-preman itu, Ghinanti mencoba untuk membangun hubungan emosional dengan para preman. Dia mencoba memberikan apa yang bisa diberikan kepada preman, seperti gorengan, rokok dll. Tentu cara tersebut pun tidak sia-sia dilakukannya, hasil dari proses pendekatan itu, Ghinanti mendapatkan rasa simpati dari para preman, bahkan yang lebih asyik, Ghinanti mendapatkan penjagaan khusus dari para preman. sampai-sampai ada salah satu preman yang berpesan pada Ghinanti agar mampu mendidik adik-adiknya agar tidak menjadi seperti mereka sekarang.
Tentu akan timbul pertanyaan, dari mana Ghinanti mendapatkan uang untuk memberikan makanan pada para preman dan memberikan sedikitnya jajan pada anak-anak jalanan itu?
Ghinanti menceritakan bahwa, uang yang dikeluarkan untuk itu semua adalah pure dari uang jajannya sendiri yang sengaja disisipkan untuk itu. Mengeluarkan uang saku pribadi Ghinanti lakukan selama kurang lebihnya 4 bulan, sampai pada akhirnya ada seorang hamba yang Allah utus untuk menjadi donatur di Rumah Pelangi. Bahkan sampai saat ini pun donatur-donatur itu bukan malah berkurang, akan tetapi semakin bertambah.
Meskipun donatur Rumah Pelangi selalu ada, tetap saja ada hal yang mengganjal dihati Ghinanti, yakni terkait tempat. Karena tempat di terminal leuwipanjang bukan lah tempat yang ideal untuk melakukan proses belajar mengajar, kebisingan knalpot dan jeritan klakson membuat anak didiknya terganggu. Maka dari itu, Ghinanti senantiasa berharap ada seorang dermawan yang bersedia menyediakan tempat untuknya dan anak-anaknya belajar tanpa ada embel-embel dibelakangnya. Ghinanti pun membuka seluas-luasnya pada siapapun untuk menjadi relawan Rumah Pelangi dengan syarat mampu mengajar dengan ikhlas dan rela tidak dibayar. ( qaan )
Baca selengkapnya

Forsil sebagai ajang kukuhkan ukhuwah

Laporan : Agus Mulyadi

Diksi - Pencetus ide Forum Silaturahmi (forsil) mahasiswa STAIPI Bandung angkatan 2016, Arman Nurhakim Maulana menginginkan adanya kebersamaan dan kedekatan antara angkatannya di semua prodi. Dia mengaku tidak ingin angkatannya tidak saling mengenal seperti kebanyakan angkatan semeser tingkatnya.

Silaturahmi tersebut berencana akan dilaksanakan pada hari minggu, 16 April 2017 di kampus STAIPI Bandung dengan diskusi yang akan dipimpin oleh semua koordinator mahasiswa (kosma) semester dua dari semua prodi seperti kosma IQT, KPI, PAI, PGRA, dan EKSYA.

"Semoga dengan dibentuknya kegiatan ini dapat menjadi contoh, dan tidak menjadi generasi yang ketika bertemu tidak saling mengenal." Ungkapnya saat ditemui Diksi, kamis (13/4)

Selain berdiskusi, rencananya silaturahmi tersebut akan diramaikan dengan ngaliwet, supaya terjadi keakraban dan kebersamaan meskipun berbeda prodi. "Kita itu hidup dalam kampus yang berlebel Islam, maka kita harus bersama." Katanya.

Sementara itu ketua HMJ Ekonomi Syariah (eksya), Ahmad Harawiy mengungkapkan senang dengan rencana adanya silaturami yang akan dilaksanakan pada hari minggu mendatang, karena disana yang tadinya jarang bertemu dan jarang berinteraksi, akan dapat saling mengenal meskipun berbeda jurusan.

"Kedepannya harus di persering, semakin sering berinteraksi insyaAllah semakin kenal satu sama lain, dan harapannya juga BEM selaku otoritas tertinggi di mahasiswa dapat sering memfasilitasinya, dengan cara apapun yang intinya sering berkumpul untuk sering mengenal." Pungkasnya. ( qaan) 
Baca selengkapnya